By :
Hamid Mukhlis
20 Maret 2015 pukul 0:37
Listrik… listrik… listrik….
Semua orang butuh listrik, baik itu keluarga kantor instansi maupun perusahaan baik besar maupun kecil. Namun tidak semua daerah mendapat kesempatan untuk menikmati aliran listrik terutama daerah-daerah yang terletak di pedalaman. Mereka harus menunggu selama bertahun-tahun agar tiang-tiang penyangga kabel yang beraliran listrik dapat masuk kedaerah dan menerangi rumah mereka saat malam hari.
Berawal dari perasaan jenuh menunggu listrik yang tak kunjung datang, beberapa warga desa Sinar Jawa berisiatif untuk membuat pembangkit listrik alternatif bertenaga air dengan memanfaatkan sungai yang ada didesa mereka. Warga bergotong royong membuat sodetan untuk digunakan sebagai saluran air menuju turbin yang akan menggerakkan generator. Di sekitar desa ini memang cukup banyak ditemukan aliran sungai yang sangat potensial untuk digunakan sebagai sumber pembangkit listrik dengan menggunakan tenaga air. Sungai terbesar di desa ini, yaitu sungai Air Lehek dan juga beberapa sungai kecil memiliki debit air yang cukup stabil, baik pada saat musim penghujan maupun musim kemarau.
Secara administratif, desa Sinar Jawa masuk kedalam wilayah kecamatan Air Naningan Kabupaten Tanggamus propinsi Lampung yang terbagi kedalam 12 dusun. Jumlah Kepala-keluarga di masing-masing dusun berkisar rata-rata 60 Kepala Keluarga. Penggunaan turbin bertenaga Air ini mulai dibuat oleh warga sejak tahun 2008 dan hingga saat ini di desa yang berpenduduk mayoritas petani ini sudah terdapat lebih dari 10 buah turbin yang digunakan untuk memutar generator listrik. Masing-masing generator yang menghasilkan daya kurang lebih sebesar 10kW ini digunakan oleh kurang lebih 14 Kepala Keluarga untuk lampu penerangan, televisi dan alat pemasak nasi (rice cooker) serta peralatan elektronik yang lain.
Pak Giri, salah seorang warga mengatakan bahwa sejak adanya pembangkit listrik ini kampung meraka menjadi lebih baik. Maklumlah, letak desa Sinar Jawa yang jauh masuk di pedalaman membuat mereka cukup terisolasi sehingga listrik negara sampai saat ini belum dapat menjamah sampai kerumah warga. Akses menuju desa ini hanya berupa jalan tanah dan apabila hujan turun sangat sulit untuk dilewati oleh kendaraan bermotor roda dua. Pembuatan turbin ini memang memakan biaya yang cukup besar pada awalnya, seperti biaya pembelian peralatan turbin beserta generator dan juga pembuatan instalasi saluran yang digunakan untuk mengalirkan air menuju pembangkit listrik. namun biaya yang besar ini hanya dikeluarkan sekali saja. Selebihnya warga tidak perlu lagi merasakan tagihan pembayaran listrik, ujar bapak beranak satu ini.
Pembangkit listrik tenaga air yang diusahakan oleh warga desa yang berada dipinggiran kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan ini tidak serta merta lancar dan tanpa hambatan dalam prosesnya. Menurut pak Kariman yang bertugas sebagai teknisi salah satu instalasi pembangkit listrik yang berada di dusun Talang Kandar (salah satu dusun di Desa Sinar Jawa), salah satu permasalahan yang sering datang adalah sampah sungai berupa batang pohon yang sudah mati dan dedaunan yang hanyut kedalam saluran menuju turbin dan menutup saringan sehingga mengganggu aliran debit air yang masuk. Untuk mengantisipasi hal ini biasanya warga akan melakukan pembersihan saluran air dari sampah yang hanyut yang dilaksanakan secara bergilir setiap harinya.
Masalah lain yang biasanya muncul adalah ketika memasuki musim penghujan. Seringkali turbin yang beroperasi terkena sambaran petir saat hujan turun dan membuat generator rusak. Jika hal ini terjadi akibatnya adalah listrik akan mati dan tidak dapat mengalir kerumah-rumah warga selama beberapa hari dikarenakan generator yang rusak otomatis tidak dapat dipakai kembali dan harus diganti. Untuk itu warga harus mengumpulkan dana secara patungan setiap KK untuk membeli generator yang baru. Jika ada cara untuk mengantisipasi sambaran petir, pasti akan sangat membantu kami, ujar teknisi yang sudah beberapa tahun dipercaya warga untuk merawat dan memperbaiki instalasi turbin di dusun Talang Kandar ini.
Pemanfaatan sungai sebagai pembangkit tenaga listrik di desa ini memang belum sepenuhnya dirasakan oleh seluruh warga desa, ada beberapa kepala keluarga yang belum dapat merasakan aliran listrik yang berasal dari generator tenaga air ini. Hal ini dikarenakan biaya awal pembuatan turbin yang cukup besar hingga mencapai puluhan juta rupiah, sehingga mereka mesti mengumpulkan biaya terlebih dahulu secara patungan.
Melihat potensi yang dimiliki oleh desa Sinar Jawa, seyogyanya pihak-pihak yang terkait dalam hal ini -terutama- pemerintah dapat lebih memberikan dukungan terhadap program kemandirian energi yang telah dilaksanakan oleh warga desa ini. Bentuk dukungan pemerintah dapat diberikan dalam bentuk memberikan pelatihan kepada para teknisi turbin dalam membuat instalasi pembangkit listrik tenaga air yang dapat mengantisipasi efek sambaran petir pada musim hujan sehingga kerugian atas kerusakan generator akibat sambaran petir dapat diminimalisir.
Bantuan dalam bentuk lain dapat berupa penambahan generator baru yang dapat menghasilkan daya listrik yang lebih besar yang dapat digunakan untuk pemasangan instalasi sambungan baru bagi warga desa yang belum mendapatkan kesempatan menikmati penerangan listrik dirumah mereka pada malam hari.
Pembangkit listrik tenaga air cukup memberikan harapan sebagai sumber energi alternatif mengingat di Indonesia banyak terdapat sungai. Pengelolaan ini dapat dilakukan oleh warga lokal dalam skala kecil ataupun bekerja sama dengan pemerintah atau pihak-pihak terkait dengan memperhatikan karakteristik pada masing-masing daerah. Pengembangan sumber energi alternatif ini sangat bermanfaat bagi daerah-daerah yang terpencil yang memiliki sumber daya air yang cukup namun belum mendapatkan akses listrik negara. Hal ini juga sangat membantu pemerintah dalam menyukseskan program penghematan energi yang selama ini di dominasi oleh Bahan Bakar Minyak (BBM).
Lampung, 11-2-2015
0 Response to "SINAR JAWA; DESA PEDALAMAN DENGAN SWASEMBADA ENERGI"
Posting Komentar